BagusNews.com –
Calon Presiden (capres) 2024 dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan, ngomong di depan para relawan di Stadion Tenis Indoor Senayan, Jakarta, hari Minggu (7/5/2023). Dia ngobrol tentang berbagai hal, termasuk rencana kerjanya jika menang dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Anies bilang, gak melulu soal ngelanjutin program aja, Pemilu 2024 itu kesempatan buat ngecek lagi arah perjalanan bangsa.
Dia ngingetin bahwa setiap lima tahun kita harus liat ke belakang, pastiin apakah negara kita masih di jalur yang bener. Mantan Menteri Presiden Jokowi ini juga bilang, kompetisi politik harus fokus ke gagasan, rencana, dan rekam jejak.
“Kita harus nunjukin rekam jejak bagus, punya gagasan yang oke, karya yang bagus. Kita gak perlu bohong. Kita tunjukin kenyataan. Kalau rekam jejak, gagasan, atau karya kita bermasalah, baru deh ada kebohongan,” ucapnya.
Nah, gimana nih perjalanan Anies Baswedan selama 5 tahun memimpin Jakarta?
Ekonomi Stagnan
Salah satu cara ngecek kualitas hidup di suatu daerah biasanya lewat Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Selama Anies jadi pemimpin Jakarta, pertumbuhan ekonomi DKI agak naik turun. Pas Anies pertama kali jadi pemimpin di 2017, pertumbuhan ekonomi DKI 6,20 persen. Tapi ini bukan hasil kerja Anies, karena 10 bulan pertama itu hasil kerja pemerintahan sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.
Kinerja ekonomi Anies baru keliatan pas PDRB tahun 2018. Waktu itu pertumbuhan ekonomi DKI turun dari 6,2 jadi 6,1. Angka ini terus turun di tahun-tahun berikutnya, sampe tahun 2020 yang anjlok karena pandemi jadi minus 2,4 persen. Di tahun 2021 baru naik lagi jadi 3,56 persen. Pada 2022, ekonomi DKI mulai membaik dengan pertumbuhan mencapai 5,25 persen. Jadi rata-rata pertumbuhan ekonomi Jakarta selama Anies cuma sekitar 3,6 persen. Kecuali tahun 2020 dan 2021 yang terdampak pandemi.
Pembangunan Manusia Meningkat
Meskipun pertumbuhan ekonomi agak susah, indeks pembangunan manusia di DKI Jakarta naik. Anies memimpin Jakarta sejak 2017 dan mewarisi kebijakan pemerintahan yang cukup stabil dari Jokowi dan Ahok. Masa itu, pemerintah DKI mengeluarkan Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar untuk bantu warga yang kesulitan akses kesehatan dan pendidikan. Anies nambahin lagi program itu jadi KJP Plus dan KJS Plus. DKI Jakarta punya IPM tertinggi di Indonesia, selalu di atas 80 sejak 2017. Rata-rata IPM DKI dari 2017-2021 mencapai 80,6, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang 72,29.
Kemiskinan Naik Karena Pandemi
Sayangnya, tren kemiskinan di DKI Jakarta naik dalam dua tahun terakhir, 2020 dan 2021, gara-gara pandemi Covid-19. Data BPS DKI Jakarta nunjukin lonjakan kemiskinan di awal pandemi di 2020, sampe 1,11 persen poin atau naik sekitar 119 ribu orang. Tapi di Maret 2022, jumlah penduduk miskin turun jadi 502,04 ribu orang. Secara khusus, penduduk sangat miskin juga berkurang dari 144,3 ribu orang di September 2021 jadi 146,3 ribu orang di Maret 2022. Angka kemiskinan di DKI Jakarta turun lagi di September 2022, terakhir Anies memimpin Jakarta, dari 504,02 ribu orang jadi 494,93 ribu. Total populasi penduduk miskin di DKI turun dari 4,69 persen jadi 4,61 persen.
Indeks Kebahagiaan Turun
Meskipun ada peningkatan di pembangunan manusia, indeks kebahagiaan warga DKI Jakarta malah turun. Di 2021, indeks kebahagiaan DKI Jakarta turun sekitar 0,65 poin dari 71,33 jadi 70,68. Menurut BPS DKI Jakarta, ini lebih rendah dari 2017 dan bahkan di bawah rata-rata nasional sejak pertama kali diukur tahun 2014. Indeks kebahagiaan DKI Jakarta juga lebih rendah dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun Indeks Pembangunan Manusia naik, ternyata hal ini enggak langsung berdampak pada kebahagiaan warga DKI Jakarta.