BagusNews.com –
Hujan itu seperti berkah bagi bumi, katanya Anies Baswedan, jangan langsung buang ke laut. Konsepnya adalah sumur resapan untuk atasi banjir. Setelah jadi Gubernur DKI Jakarta, program itu diterapkan, tapi sayangnya, sumur resapan kurang efektif. Air masih tetap genang, jauh dari harapan.
Anies bilang, “Soal air, konsepnya adalah vertical drainage. Air hujan ini anugerah dari Allah, dari Tuhan. Harus dimasukkan ke bumi, bukan langsung dikirim ke laut,” begitu Anies bicara dalam debat Pilkada DKI Jakarta 2017. Sebelumnya, Ahok menganut konsep mengalirkan air banjir ke laut.
Pekan lalu, Sabtu dan Minggu, Jakarta banjir lagi. BPBD DKI Jakarta catat 193 RT terdampak, ribuan warga harus mengungsi.
Pemprov DKI bilang mereka sudah bikin sumur resapan di 2.974 tempat sampai Desember 2020. Tapi, Zita Anjani dari DPRD DKI bilang cuma 1.772 tempat.
Tapi, kedua angka itu masih jauh dari target. Di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2017-2022, targetnya 1,8 juta sumur resapan. Tapi sampai sekarang, belum tercapai.
Menurut Gembong Warsono dari PDIP, Anies nggak serius mengatasi banjir. Lima program Anies termasuk sumur resapan dianggap sia-sia tanpa normalisasi sungai.
Menurut Gembong, Anies belum beresin sungai dan kali secara nyata selama menjabat. Padahal, katanya, Anies udah alokasikan dana dari pinjaman pemulihan ekonomi nasional (PEN) buat program normalisasi sungai.
Menurut Direktur Eksekutif Walhi DKI Jakarta, Tubagus Soleh Ahmadi, sumur resapan nggak cukup buat atasi banjir. Perlu normalisasi sungai dan kerjasama pemerintah daerah dari hulu sampai hilir.
Banjir Jakarta juga dipengaruhi oleh masalah di hulu, contohnya di Bogor. Sistem drainase dirancang hanya untuk hujan 50-100 milimeter per hari, tapi yang terjadi kemarin di Jakarta Timur, intensitas hujannya 160 milimeter.
Soal kelambatan pembuatan sumur resapan, Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Juani Yusuf, bilang karena vendornya cuma dua. Sekarang lagi proses tambah vendor, diharapkan seratus vendor bisa bantu.