BagusNews.com –
Konflik Israel-Palestina yang kembali memanas pada bulan Mei 2023 lalu telah memicu aksi boikot terhadap sejumlah perusahaan yang dianggap mendukung Israel. Salah satu perusahaan yang menjadi target boikot adalah Starbucks.
Tuduhan bahwa Starbucks mendukung Israel didasarkan pada beberapa hal, antara lain:
- Starbucks memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan-perusahaan Israel, seperti Delek Israel Fuel Corporation.
- Howard Schultz, mantan CEO Starbucks, pernah mengunjungi Israel dan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
- Starbucks tidak pernah mengeluarkan pernyataan yang mengkritik Israel atas serangannya terhadap Palestina.
Namun, Starbucks membantah semua tuduhan tersebut. Perusahaan tersebut menyatakan bahwa tidak pernah memberikan dukungan finansial kepada pemerintah atau tentara Israel. Starbucks juga menegaskan bahwa pihaknya tidak mendukung kekerasan dan mengutuk tindakan terorisme.
Berikut adalah fakta-fakta yang perlu diketahui terkait tuduhan bahwa Starbucks mendukung Israel:
- Starbucks memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan-perusahaan Israel, seperti Delek Israel Fuel Corporation. Namun, hubungan bisnis ini bersifat komersial dan tidak ada bukti bahwa Starbucks memberikan dukungan finansial kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk mendukung Israel dalam konfliknya dengan Palestina.
- Howard Schultz, mantan CEO Starbucks, pernah mengunjungi Israel dan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Namun, pertemuan tersebut bersifat pribadi dan tidak ada bukti bahwa Schultz memberikan dukungan kepada Israel.
- Starbucks tidak pernah mengeluarkan pernyataan yang mengkritik Israel atas serangannya terhadap Palestina. Namun, Starbucks juga tidak pernah mengeluarkan pernyataan yang mendukung Israel. Perusahaan tersebut lebih memilih untuk bersikap netral dalam konflik tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung tuduhan bahwa Starbucks mendukung Israel. Perusahaan tersebut tidak memberikan dukungan finansial kepada Israel dan tidak pernah mengeluarkan pernyataan yang mendukung serangan Israel terhadap Palestina.
Namun, sikap netral yang diambil oleh Starbucks juga menimbulkan kontroversi. Beberapa pihak menilai bahwa Starbucks seharusnya lebih tegas dalam mengkritik Israel atas serangannya terhadap Palestina.