BagusNews.com –
Perang Dunia I yang berlangsung dari tahun 1914 hingga 1918 berakhir dengan kemenangan bagi Sekutu, yang terdiri dari Inggris, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat. Kekalahan Kesultanan Utsmaniyah, yang merupakan salah satu negara Blok Sentral, memiliki konsekuensi yang besar bagi wilayah Palestina, yang saat itu merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Utsmaniyah.
Dalam Perjanjian Sykes-Picot yang ditandatangani pada tahun 1916, Inggris dan Prancis sepakat untuk membagi wilayah kekuasaan Utsmaniyah di Timur Tengah menjadi zona pengaruh masing-masing. Wilayah Palestina ditetapkan sebagai zona pengaruh Inggris.
Pada tahun 1917, Inggris mendeklarasikan Balfour Declaration, yang menyatakan dukungannya untuk pendirian sebuah negara Yahudi di Palestina. Deklarasi ini ditentang oleh penduduk Arab Palestina, yang mayoritas Muslim.
Setelah Perang Dunia I, Inggris mengambil alih kekuasaan di Palestina dari Utsmaniyah. Pada tahun 1922, Liga Bangsa-Bangsa mengamanatkan Palestina kepada Inggris. Mandat Inggris ini bertujuan untuk mempersiapkan Palestina menjadi negara merdeka.
Namun, mandat Inggris ini tidak berjalan dengan lancar. Penduduk Arab Palestina menolak pendirian negara Yahudi di Palestina, sementara penduduk Yahudi Palestina menuntut agar Inggris segera mewujudkan janji Balfour Declaration.
Pada tahun 1947, PBB mengeluarkan Resolusi 181 yang membagi Palestina menjadi dua negara, yaitu negara Arab dan negara Yahudi. Resolusi ini ditentang oleh penduduk Arab Palestina, yang kemudian melancarkan perang melawan penduduk Yahudi Palestina dan Inggris.
Pada tahun 1948, Inggris meninggalkan Palestina dan Israel diproklamasikan sebagai negara merdeka. Negara Israel ini segera diakui oleh Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya.
Negara Arab Palestina, yang kemudian dikenal sebagai Yordania dan Palestina, menolak keberadaan negara Israel. Konflik antara Israel dan negara-negara Arab Palestina ini terus berlanjut hingga saat ini.
Akibat Kekalahan Turki dalam Perang Dunia I terhadap Konflik Palestina-Israel
Kekalahan Turki dalam Perang Dunia I memiliki konsekuensi yang besar terhadap konflik Palestina-Israel. Konsekuensi tersebut antara lain:
- Pendirian negara Israel. Pendirian negara Israel pada tahun 1948 merupakan salah satu akar dari konflik Palestina-Israel. Pendirian negara Israel ini ditentang oleh penduduk Arab Palestina, yang kemudian melancarkan perang melawan Israel.
- Pembagian wilayah Palestina. Pembagian wilayah Palestina oleh PBB pada tahun 1947 menjadi dua negara, yaitu negara Arab dan negara Yahudi, juga menjadi salah satu akar dari konflik Palestina-Israel. Pembagian ini ditentang oleh penduduk Arab Palestina, yang kemudian melancarkan perang melawan Israel.
- Ketidakstabilan politik di Timur Tengah. Kekalahan Turki dalam Perang Dunia I juga menyebabkan ketidakstabilan politik di Timur Tengah. Ketidakstabilan ini menjadi salah satu faktor yang memperburuk konflik Palestina-Israel.
Konflik Palestina-Israel telah berlangsung selama lebih dari 70 tahun dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Konflik ini telah menyebabkan penderitaan dan kerugian yang besar bagi kedua belah pihak.
Solusi Konflik Palestina-Israel
Solusi konflik Palestina-Israel yang adil dan lestari masih menjadi tantangan yang besar. Beberapa solusi yang telah diusulkan antara lain:
- Solusi dua negara. Solusi ini merekomendasikan pendirian dua negara, yaitu negara Israel dan negara Palestina, di wilayah Palestina.
- Solusi satu negara. Solusi ini merekomendasikan penyatuan wilayah Palestina dan Israel menjadi satu negara yang adil bagi kedua belah pihak.
- Solusi solusi lain. Beberapa solusi lain yang telah diusulkan antara lain solusi dua negara plus, solusi negara federal, dan solusi negara bi-nasional.
Solusi konflik Palestina-Israel yang adil dan lestari membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak yang terkait.