BagusNews.com –
Seorang komandan kapal selam Rusia dan wakil kepala yang bertanggung jawab atas mobilisasi militer di kota selatan Rusia, Krasnodar, telah ditembak mati, demikian dilaporkan oleh kantor berita TASS negara Rusia yang mengutip badan penegak hukum.
Menurut TASS, pejabat bernama Stanislav Rzhitsky itu dibunuh oleh seorang penembak pada hari Senin pagi, dan kasus pidana atas pembunuhan itu telah dibuka, demikian disampaikan oleh kantor berita tersebut.
Pejabat yang tewas itu juga merupakan komandan dari kapal selam Armada Laut Hitam Rusia yang menurut media online lokal di Ukraina bertanggung jawab atas peluncuran rudal jelajah Kalibr ke target-target Ukraina.
In Krasnodar, Stanislav Rzhitsky, deputy head of the city department for mobilization work, captain of the 2nd rank and commander of a diesel-electric submarine of project 636.6 Krasnodar, who took part in the launches of the Caliber SLCM from this submarine across the territory… pic.twitter.com/KZ5o8SbNm0
— Ukraine Front Lines (@EuromaidanPR) July 10, 2023
Rzhitsky pernah menjabat sebagai komandan kapal selam Krasnodar, yang dinamai menurut nama kota itu, di Angkatan Laut Rusia, demikian dilaporkan oleh TASS. Belum jelas apakah dia masih menjadi kapten saat pembunuhan terjadi.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, Krasnodar adalah kapal selam diesel-elektrik yang dibangun untuk Armada Laut Hitam dan dirancang “untuk melawan kapal permukaan dan kapal selam, meletakkan ranjau, dan melakukan rekognisi”.
Media online yang meliput Rusia dan Ukraina menyebut bahwa Rzhitsky ditembak empat kali saat berlari pagi dekat kompleks olahraga, dan bahwa dia terlibat dalam serangan rudal yang diluncurkan dari kapal selam ke kota Ukraina Vinnytsia pada Juli 2022 yang menewaskan 23 warga sipil, termasuk tiga anak-anak.
Rusia mencoba membenarkan serangan rudal tersebut dengan mengklaim bahwa rudal yang diluncurkan dari kapal selamnya ditujukan kepada pertemuan komandan angkatan udara Ukraina dan perwakilan pemasok senjata Barat.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyebut serangan rudal terhadap kota tersebut sebagai “tindakan terorisme terbuka” yang telah menewaskan warga sipil yang sedang menjalani aktivitas sehari-hari mereka.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada saat itu mengaku “terkejut” oleh kematian di Vinnytsia, dan Uni Eropa menyebutnya sebagai “kejahatan besar”.
Baik PBB maupun Uni Eropa menuntut pertanggungjawaban atas kejadian tersebut.
Di antara tiga anak yang tewas adalah seorang gadis berusia empat tahun dengan Sindrom Down bernama Liza Dmitrieva, yang sedang dalam perjalanan bersama ibunya menuju seorang terapis wicara ketika rudal menghantam.
Ibu Liza, Iryna Dmitrieva, mengalami luka parah dan terbaring kritis.