BagusNews.com –
Pertamina berencana untuk meluncurkan jenis bahan bakar baru bernama bioetanol, yang merupakan campuran antara Pertamax dan etanol nabati, dalam waktu dekat ini. Bioetanol merupakan bahan bakar baru yang berasal dari sumber energi terbarukan.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan bahwa etanol yang akan digunakan berasal dari molase tebu. Ia juga menekankan bahwa transisi energi ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi emisi karbon, tetapi lebih penting lagi untuk mencapai kemandirian energi.
Seperti halnya biodiesel, bioetanol juga merupakan bahan bakar alternatif yang dicampur dengan energi yang diperoleh dari tanaman. Namun, perbedaannya adalah bahan bakar ini umumnya digunakan untuk kendaraan bermesin bensin.
Sebelum Indonesia, banyak negara di dunia sudah menggunakan jenis bahan bakar ini. Contohnya adalah China yang telah menerbitkan kebijakan yang mewajibkan penggunaan etanol di seluruh wilayah pemerintahannya sejak Januari 2020. Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi, seperti penolakan dari pengusaha lokal, biaya produksi etanol yang tinggi, dan keterbatasan bahan baku.
Berbeda dengan China, Amerika Serikat (AS) dan Brasil adalah negara yang berhasil menerapkan penggunaan etanol sebagai komponen wajib dalam campuran bahan bakar kendaraan. Keduanya juga merupakan produsen etanol terbesar di dunia. Sebagai contoh, pada tahun 2018, AS berhasil memproduksi 16,1 miliar galon etanol, sedangkan Brasil berada di posisi kedua dengan produksi sebesar 7,95 miliar galon.
Sebagian besar kendaraan di Brasil dikenal sebagai kendaraan fleksibel atau kendaraan yang dapat menggunakan bioetanol.
Menurut situs resmi UGM, bioetanol pada dasarnya adalah etanol atau alkohol yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol yang dihasilkan melalui fermentasi dapat memiliki berbagai tingkat kepekatan.
Bioetanol dengan kepekatan antara 90-94 persen disebut bioetanol tingkat industri. Jika kepekatan bioetanol berkisar antara 94-99,5 persen, maka disebut bioetanol tingkat netral. Biasanya, bioetanol dengan tingkat kepekatan ini digunakan dalam campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol tingkat bahan bakar. Kepekatan bioetanol pada tingkat ini sangat tinggi, minimal 99,5 persen.
Dewan Standarisasi Nasional (DSN) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol. Saat ini, terdapat dua jenis SNI bioetanol, yaitu SNI DT 27-0001-2006 untuk bioetanol terdenaturasi, dan SNI-06-3565-1994 untuk alkohol teknis yang terdiri dari Alkohol Prima Super, Alkohol Prima I, dan Alkohol Prima II. Alkohol Prima Super memiliki kepekatan maksimum 96,8 persen dan minimum 96,3 persen, sedangkan Alkohol Prima I dan Alkohol Prima II memiliki kepekatan minimum masing-masing 96,1 persen dan 95,0 persen. Semua pengukuran dilakukan pada suhu 15oC.
Bioetanol memiliki sejumlah keunggulan. Pertama, bioetanol adalah zat kimia yang memiliki banyak kegunaan, seperti sebagai bahan kosmetik, bahan bakar, pelarut, dan bahan minuman keras.
Kemudian, penggunaan bioetanol dapat signifikan mengurangi emisi gas CO2, menjadikannya lebih ramah lingkungan. Bioetanol dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar atau dicampurkan ke dalam bensin sebagai aditif dengan perbandingan tertentu (Gasohol atau Gasolin alcohol). Jika dicampurkan ke dalam bensin, bioetanol dapat secara signifikan meningkatkan angka oktan.
Selanjutnya, campuran 10 persen bioetanol ke dalam bensin akan meningkatkan angka oktan premium menjadi setara dengan Pertamax (dengan angka oktan 91).
Selain itu, biaya produksi bioetanol relatif rendah, sehingga bioetanol dapat diproduksi oleh siapa saja, termasuk UMKM dan industri rumah tangga.
Selanjutnya, teknologi pembuatan bioetanol termasuk dalam kategori teknologi rendah, sehingga masyarakat umum dengan pendidikan terbatas pun dapat membuat bioetanol secara mandiri.
Terakhir, sumber-sumber bioetanol seperti singkong, tebu, buah-buahan, dan jagung mudah dibudidayakan.