BagusNews.com –
Harga emas semakin turun di pasar spot pada Kamis (25/5/2023) dan ditutup di posisi US$ 1.940,34 per troy ons, mengalami penurunan sebesar 0,85%. Harga tersebut merupakan yang terendah sejak dua bulan terakhir. Dalam dua hari terakhir, harga emas melemah 1,75%. Namun, pada Jumat (26/5/2023), harga emas sedikit membaik dan menguat tipis 0,03% di posisi US$ 1.940,96 per troy ons.
Menurut analis OANDA, Edward Moya, harga emas mengalami penurunan karena terkena dua pukulan dari perkembangan di Amerika Serikat (AS), yaitu optimism mengenai krisis plafon utang AS dan kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang masih hawkish.
Emas biasanya menjadi aset aman yang dicari saat ada peningkatan risiko atau ketidakpastian ekonomi, dan krisis plafon utang pemerintah AS merupakan risiko besar bagi ekonomi AS.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy hampir mencapai kesepakatan untuk memotong pengeluaran dan menaikkan batas utang pemerintah dari senilai US$ 31,4 triliun, namun masih terdapat risiko gagal bayar.
Selain itu, risalah Federal Open Market Committee (FOMC) juga menjadi faktor penurunan harga emas karena belum menunjukkan sinyal adanya pivot kebijakan.
Dalam risalah tersebut, pejabat The Fed masih terbelah antara yang menginginkan kenaikan suku bunga secara perlahan dan yang ngotot menaikkan suku bunga secara agresif.
The Fed memilih untuk mempertimbangkan data baru untuk menentukan apakah kenaikan suku bunga akan berlanjut, namun data ekonomi terbaru di AS menunjukkan jika pasar tenaga kerja masih panas dan inflasi masih sulit turun dengan tajam ke depan. Saat ini, pasar memperkirakan kemungkinan pemangkasan kebijakan baru akan terjadi pada September 2023.