BagusNews.com –
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa harga properti residensial atau hunian mengalami kenaikan pada kuartal I-2023. Namun, penjualan rumah dan apartemen yang baru justru mengalami penurunan.
Pada kuartal I-2023, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) mencapai 106,75, meningkat sebesar 1,79% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), meskipun pertumbuhannya melambat dibandingkan dengan kuartal IV-2022 yang mencapai 2% yoy.
Dalam perbandingan quarter-to-quarter (qtq), IHPR tumbuh sebesar 0,42% pada kuartal I-2023, yang sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 0,47% qtq.
IHPR nasional adalah gabungan dari indeks harga di 18 kota besar. Medan menjadi kota dengan IHPR tertinggi sehingga ibu kota Provinsi Sumatera Utara ini bisa dikatakan memiliki harga rumah yang paling mahal.
IHPR Medan pada kuartal I-2023 mencapai 113,46, naik sebesar 2,14% yoy dan 0,26% qtq. Sementara itu, daerah Jabodebek-Banten mencatat IHPR sebesar 106,33 pada kuartal I-2023 dengan pertumbuhan sebesar 1,84% yoy dan 0,33% qtq.
Namun, daerah dengan IHPR terendah adalah Denpasar, dengan catatan 102,29 pada kuartal I-2023. Meskipun mengalami penurunan sebesar 0,08% yoy, namun tetap tumbuh sebesar 0,01% qtq.
Sayangnya, BI juga melaporkan bahwa penjualan hunian pada kuartal I-2023 mengalami penurunan sebesar 8,26% yoy. Hal ini membuat situasi semakin buruk dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 4,54%. Secara kuartalan, penjualan properti residensial anjlok sebesar 11,03% qtq.
“Berdasarkan jawaban responden, terdapat sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer antara lain: i) Kenaikan harga bahan bangunan (25,05% dari jawaban responden); ii) Masalah perizinan/birokrasi (14,71%); iii) Suku bunga KPR (14,71%); iv) Proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (11,17%); dan v) Perpajakan (8,81%),” ungkap laporan BI.
Meskipun demikian, skema KPR masih menjadi pilihan utama konsumen dalam membeli rumah, dengan pangsa (share) penggunaan KPR dalam membeli hunian mencapai 74,83%. Namun, pangsa ini mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencapai 75,03%.