BagusNews.com –
Lo Kheng Hong, seorang investor terkemuka di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikenal sebagai investor yang handal dalam memilih saham yang memberikan keuntungan. Jika Anda ingin mengikuti jejak Lo Kheng Hong, mari kita ikuti strategi investasi saham yang dia lakukan.
Lo Kheng Hong membagikan dua sektor saham yang menjadi favoritnya di pasar saham. Pria yang dikenal sebagai investor sukses ini mengatakan bahwa ia paling menyukai saham berbasis komoditas.
Sektor komoditas yang dimaksud oleh Lo Kheng Hong adalah perusahaan tambang batubara. Menurutnya, perusahaan di sektor ini masih memiliki valuasi yang murah, dengan rata-rata PE hanya 1 kali.
Namun, ia menilai bahwa saham emiten berbasis nikel dan emas memiliki valuasi yang sudah terlalu mahal. Bahkan, Lo Kheng Hong menyebutkan salah satu emiten nikel kenamaan memiliki price to earnings ratio (PER) 20 kali, yang menurutnya sudah cukup mahal.
Selain sektor komoditas batubara, Lo Kheng Hong juga menilai saham emiten perbankan masuk dalam kriteria perusahaan yang baik dan menjadi favoritnya, karena biasanya perusahaan perbankan memiliki laba bersih hingga triliunan rupiah.
Kepala Riset OCBC Sekuritas Budi Rustanto menyarankan agar investor memilih saham-saham perbankan yang memiliki likuiditas dan permodalan yang tinggi, terlihat dari aspek Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Funding (LTF).
“Pilihlah Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV atau III. Pastikan memiliki likuiditas dan modal yang baik,” kata Budi dalam acara OCBC NISP Business Forum 2023, Selasa (21/3).
Menurut Budi, pasar saham yang mengalami koreksi saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli saham perbankan. Namun, ia menyarankan agar saham perbankan yang dibeli memiliki permodalan yang cukup. “Jika goncangan berlanjut, mereka akan survive,” tambah Budi.
Dalam hal ini, saham perbankan big 4 bisa dipertimbangkan. Sebab, jika saham-saham ini mengalami koreksi, maka kesempatan untuk terjadinya rebound cukup tinggi.
Sementara untuk saham batubara, Budi menilai prospeknya akan cukup suram tahun ini. Kata dia, investor harus berhati-hati terhadap komoditas energi ini karena sedang trading down.
Ke depan, prospek batubara juga akan tergantikan dengan energi baru terbarukan (EBT), dimana pada 2030 ekspansi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) akan dilarang, sementara pada 2060 akan ditetapkan sebagai periode net zero carbon.
“Perbankan akan mendapat tekanan untuk tidak boleh menyalurkan kredit ke sektor batubara,” kata Budi.
Namun, Budi masih memiliki pandangan optimis terhadap saham emiten berbasis komoditas emas dan nikel. Pandangan ini terutama didorong oleh potensi naiknya harga emas saat resesi ekonomi.
Jadi, jika Anda berencana untuk mengikuti jejak Lo Kheng Hong dan ingin memulai investasi di pasar saham, maka ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan. Pertama-tama, Anda perlu mempelajari lebih lanjut tentang saham berbasis komoditas, khususnya perusahaan tambang batubara, serta saham emiten perbankan.
Ketika memilih saham perbankan, pastikan Anda membeli saham dari bank yang memiliki likuiditas dan permodalan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari aspek Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Funding (LTF). Selain itu, pastikan juga bahwa saham perbankan yang dibeli memiliki permodalan yang cukup agar dapat bertahan di masa goncangan.
Sementara itu, jika Anda memilih untuk berinvestasi di saham berbasis komoditas, ada baiknya Anda menghindari saham batubara dan beralih ke saham emiten komoditas emas dan nikel. Namun, pastikan Anda memilih emiten yang memiliki prospek yang baik dan memiliki nilai valuasi yang wajar.
Terakhir, pastikan Anda menghindari emiten yang memiliki utang yang tinggi, karena hal ini dapat membuat saham tersebut sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga. Investasi saham selalu memiliki risiko, oleh karena itu, pastikan Anda melakukan riset yang cermat dan konsultasikan dengan ahli keuangan jika perlu sebelum memulai investasi di pasar saham.