BagusNews.com –
Pada suatu kejadian yang menarik perhatian, kapal perang Filipina yang sudah bobrok, BRP Sierra Madre, mampu menciptakan situasi yang menggiring China untuk berpikir keras mengenai tindakan yang harus diambil. Filipina dengan sengaja menjadikan kapal ini sebagai poin sentral dalam persengketaan di perairan Laut Cina Selatan yang dikenal sebagai Spratly Islands.
Pada tanggal 9 Mei 1997, BRP Sierra Madre, sebuah kapal jenis pendarat tank, kandas di karang dekat Second Thomas Shoal, salah satu wilayah yang diperebutkan dengan sengit oleh Filipina dan China. Kejadian ini menjadi pemicu dari sejumlah aksi berdampak besar dalam perdebatan klaim wilayah di Laut Cina Selatan.
Hanya dalam beberapa hari setelah kapal ini terdampar, laporan dari sumber-sumber kredibel menyebutkan bahwa dua fregat milik China mendekati wilayah tersebut dengan senjata mereka terarahkan ke kapal BRP Sierra Madre. Walaupun tidak ada konfirmasi pasti mengenai bantuan yang diberikan oleh China, ada kecemasan bahwa upaya penyelamatan kapal oleh China tidak akan disambut baik oleh awak kapal Filipina.
Meskipun kondisi kapal BRP Sierra Madre yang sudah tua dan dalam kondisi buruk, Filipina memanfaatkannya dengan cerdik sebagai pos terdepan untuk memperkuat klaim kedaulatan atas wilayah-wilayah di Laut Cina Selatan, terutama pulau-pulau Spratly. Tindakan ini memiliki tujuan strategis dalam mendukung posisi Filipina dalam perdebatan panjang mengenai klaim wilayah tersebut.
Berbicara mengenai kapal yang sudah dalam kondisi rusak parah, BRP Sierra Madre, meskipun tidak lagi layak untuk berlayar di laut, tetap menjadi lambang perjuangan Filipina dalam menjaga kedaulatan dan klaim wilayahnya. Meskipun China mengajukan permintaan kepada Filipina untuk menyingkirkan kapal tersebut sesuai dengan perjanjian yang dijanjikan, Filipina menegaskan bahwa presiden sebelumnya tidak membuat janji semacam itu kepada China.
Namun, China tidak diam dan menunjukkan keteguhan dengan melakukan tindakan memblokir misi pasokan ke kapal BRP Sierra Madre pada Agustus 5, 2023. Tindakan ini memicu kecaman luas dari berbagai pihak, tetapi China tetap bersikeras bahwa wilayah Beting Ayungin adalah bagian integral dari wilayahnya dan meminta Filipina untuk mematuhi janji untuk menghilangkan kapal tersebut dari wilayah tersebut.
Dalam menghadapi tekanan dari China, Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) dengan tegas menyatakan bahwa mereka akan menolak setiap upaya China untuk memindahkan paksa BRP Sierra Madre dari Ayungin Shoal. Ini menunjukkan keteguhan Filipina dalam mempertahankan klaim wilayahnya dan menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap campur tangan China dalam urusan kedaulatan.
Pada akhirnya, meskipun kapal BRP Sierra Madre sudah dalam kondisi yang memprihatinkan, Filipina berhasil memanfaatkannya sebagai alat untuk memperkuat posisi dalam persengketaan wilayah dengan China. Dengan strategi yang cerdas, tanpa memerlukan investasi besar dalam alutsista baru, Filipina mampu membuat China terus merenungkan langkah-langkah yang harus diambil dalam menghadapi situasi yang rumit ini.