BagusNews.com –
Dalam laporan outlook ekonomi regional IMF yang dirilis pada Selasa (26/1), IMF telah meningkatkan perkiraan ekonomi Asia untuk tahun ini karena pemulihan China yang mendorong pertumbuhan, tetapi IMF memperingatkan akan risiko inflasi yang persisten dan volatilitas pasar global yang dipicu oleh masalah sektor perbankan Barat.
IMF mengatakan pembukaan kembali ekonomi China menjadi titik kunci bagi kawasan tersebut dengan dampak yang terlihat pada konsumsi dan permintaan sektor jasa, bukan investasi.
Ekonomi Asia diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,6 persen tahun ini setelah naik 3,8 persen pada 2022, dengan kontribusi sekitar 70 persen terhadap pertumbuhan global.
China dan India akan menjadi penggerak utama dengan ekspansi masing-masing sebesar 5,2 persen dan 5,9 persen. IMF memeringatkan risiko pada outlook ekonomi Asia, seperti inflasi yang lebih sulit dari yang diharapkan, permintaan global yang melambat, dan dampak dari ketegangan sektor perbankan AS dan Eropa.
IMF juga mendorong bank sentral di Asia, selain Jepang dan China, untuk menjaga kebijakan moneter yang ketat untuk menurunkan inflasi.
IMF menyarankan bahwa biaya dari kegagalan dalam menurunkan inflasi di bawah target kemungkinan akan melebihi manfaat dari menjaga kondisi moneter longgar, serta memperingatkan bahwa ketidaktepatan dalam mengetatkan dalam jangka pendek akan memerlukan pengetatan moneter yang lebih besar di kemudian hari untuk menghindari inflasi tinggi dan membuat kontraksi yang lebih besar lebih mungkin terjadi.
IMF mengatakan bahwa sementara China akan menjadi penggerak utama pertumbuhan kawasan, sektor propertinya tetap menjadi risiko yang harus diatasi oleh pembuat kebijakan untuk memastikan pemulihan yang merata dalam sektor tersebut.