BagusNews.com –
Menurut ilmuwan dari Copernicus Climate Change Service Uni Eropa Carlo Buontempo, rekor panas global dapat pecah dalam waktu dekat akibat fenomena cuaca El Nino.
[aoa id=’1′]Namun, Buontempo belum bisa memastikan secara detail soal waktu kedatangan El Nino tersebut.[/aoa]
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati juga mengatakan bahwa Indonesia berpotensi mengalami El Nino pada tahun ini.
Dalam dua tahun terakhir, Indonesia mengalami efek La Nina yang membuat musim kemarau menjadi basah. Dikatakan bahwa El Nino dapat membuat musim kemarau lebih kering, meskipun ada juga kemungkinan El Nino lemah yang membuat musim basah menjadi lebih pendek.
El Nino terjadi karena pemanasan Suhu Muka Air Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan ini dapat mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia dan memicu kondisi kekeringan. El Nino berbeda dengan fenomena La Nina, yang terjadi saat SML di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normal dan dapat meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia.
Kedua fenomena ini terkait erat dengan interaksi atmosfer dan laut yang terjadi di Samudera Pasifik dan menjadi driver iklim di Indonesia.
Friederike Otto, seorang dosen senior di Grantham Institute pada Imperial College London, menyebut suhu yang dipicu El Nino dapat memperburuk dampak perubahan iklim yang sudah dialami sejumlah negara, termasuk gelombang panas yang parah, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Percepatan masa kemarau yang dipicu oleh El Nino ini dapat menyebabkan cuaca ekstrem akibat fase transisi yang tidak wajar. Para pakar mewanti-wanti soal pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar fosil berlebih, seperti BBM dan batu bara, hingga penggunaan gas-gas perusak ozon.