BagusNews.com – Fenomena ekuinoks yang terjadi pada 21 Maret lalu merupakan peristiwa langka yang terjadi dua kali setiap tahunnya. Ekuinoks terjadi saat Matahari bersinar tepat di atas garis khatulistiwa dan memulai musim semi di wilayah Bumi bagian utara. Selain itu, durasi siang dan malam akan sama di seluruh dunia.
Namun, bagaimana tanggapan para pengusung teori Bumi datar tentang fenomena ini? Para pengusung teori ini tidak mengakui keberadaan kedua kutub, yaitu Kutub Utara dan Selatan, yang merupakan syarat bagi terjadinya fenomena ekuinoks. Menurut peta yang mereka gunakan, Bumi adalah sebuah piringan dengan Lingkaran Arktik (Arctic Circle) berada di tengahnya dan dikelilingi oleh Antartika.
Para pengusung teori Bumi datar mempercayai bahwa Matahari berukuran kecil dan hanya terletak sekitar 1.000 – 5.000 km dari Bumi. Salah satu anggota Flath Earth Society mengatakan bahwa Matahari bergerak melingkari Kutub Utara dan bahwa cahaya Matahari terbatas ke area tertentu. Diameter lingkar Matahari itulah yang mengatur pergantian musim.
Namun, teori tersebut jelas memiliki kecacatan tersendiri. Misalnya, jika Matahari benar-benar berada pada jarak tersebut, maka Matahari tidak akan pernah benar-benar “tenggelam” di bagian selatan Bumi. Hal ini sudah dibuktikan oleh YouTuber Wolfie6020 dalam sebuah video yang menunjukkan Matahari yang sesuai dengan skala tersebut tidak pernah tenggelam di bawah cakrawala.
Fenomena ekuinoks tidak hanya mensyaratkan bentuk bulat Bumi, tetapi juga keberadaan kedua kutub. Jadi, teori Bumi datar tidak dapat menjelaskan secara ilmiah tentang fenomena ini. Kita harus mengakui bahwa Bumi adalah sebuah planet yang berbentuk bulat dan mengorbit Matahari, dan fenomena ekuinoks merupakan salah satu bukti dari itu.