BagusNews.com –
Upaya mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin marak dilakukan oleh negara-negara besar seperti China, Rusia, dan India. Ternyata, Indonesia juga turut serta dalam upaya ini, terutama saat Indonesia menjadi Ketua ASEAN pada tahun 2023.
Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan otoritas moneter negara-negara ASEAN untuk menjalankan skenario mengurangi transaksi menggunakan dolar AS melalui program Local Currency Transaction (LCT). LCT adalah transaksi yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja di negara tujuan menggunakan mata uang lokal, dalam hal ini rupiah, terutama untuk transaksi ritel.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, menjelaskan bahwa hingga akhir tahun 2022, total transaksi mata uang lokal atau LCT dengan seluruh negara mitra telah mencapai US$ 4,1 miliar, meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai US$ 2,5 miliar.
“Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan penggunaan fasilitas LCT oleh negara mitra akan terus meningkat seiring membaiknya iklim perdagangan dan minat untuk diversifikasi penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antar negara yang terus bertambah,” papar Dody, dikutip Selasa (12/4/2023).
Dody juga menambahkan bahwa pengguna LCT juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2018, jumlah pengguna LCT hanya sekitar 101 pelaku, namun pada akhir tahun 2022, jumlahnya meningkat menjadi 1.596 pelaku.
Kerjasama LCT Indonesia telah terjalin dengan beberapa negara, antara lain China, Jepang, Malaysia, dan Thailand. Selain itu, pada 29 Agustus 2022, kerjasama LCT dengan Singapura juga telah ditandatangani nota kesepahaman (MoU) dan saat ini tengah dalam tahap penjajakan implementasi pada tahun 2023.
Lebih lanjut, Bank Indonesia juga sedang menjajaki kerjasama LCT dengan Arab Saudi dan India dalam rencana pengurangan transaksi bilateral menggunakan dolar AS. Dody mengungkapkan bahwa dalam kondisi saat ini, upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan dolar AS akan difokuskan melalui skema LCT dan kebijakan pendukung lainnya yang atraktif serta sejalan dengan mekanisme pasar.
Prinsip utama dari LCT adalah memfasilitasi perdagangan antar negara melalui skema penggunaan mata uang lokal, yang kemudian diatur dalam modalitas tersendiri dan disepakati oleh kedua belah pihak berdasarkan pricing discovery dan direct quotation yang lebih efisien.
Dody percaya bahwa skema LCT dapat diimplementasikan lebih luas ke berbagai jenis mata uang di negara mana saja yang menjadi mitra dagang. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan mendorong perdagangan bilateral yang lebih seimbang antara negara-negara ASEAN serta mengurangi risiko volatilitas kurs mata uang.
Selain itu, upaya mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS juga dapat memberikan manfaat ekonomi dalam jangka panjang. Penggunaan mata uang lokal dalam transaksi internasional dapat mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar, biaya konversi mata uang, serta risiko terhadap perubahan kebijakan moneter dari negara pihak ketiga. Hal ini dapat meningkatkan stabilitas ekonomi dan memperkuat kerjasama ekonomi antar negara di kawasan ASEAN.
Selain kerjasama dalam skema LCT, Bank Indonesia juga terus mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi domestik. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan menggali potensi penggunaan rupiah dalam transaksi perdagangan bilateral antara Indonesia dan mitra dagangnya. Bank Indonesia juga terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pelaku usaha serta masyarakat mengenai manfaat penggunaan mata uang lokal.
Dalam konteks ini, kerjasama antara negara-negara ASEAN dalam mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS melalui program Local Currency Transaction (LCT) menjadi langkah yang positif. Dengan semakin meningkatnya penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antar negara, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ASEAN.
Namun, tetap diingat bahwa pengurangan ketergantungan terhadap dolar AS tidak serta-merta menjadi proses yang mudah. Diperlukan koordinasi yang baik antara negara-negara ASEAN, dukungan dari sektor swasta, serta implementasi kebijakan yang tepat untuk mewujudkan tujuan ini.
Selain itu, perlu diingat bahwa dolar AS masih merupakan mata uang dominan dalam perdagangan internasional dan memiliki peran penting dalam sistem keuangan global. Oleh karena itu, pengurangan ketergantungan terhadap dolar AS harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, dengan memperhatikan berbagai aspek yang terkait.