BagusNews.com –
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin berkembang pesat dan semakin menarik perhatian publik. Mesin telusur ChatGPT yang mampu merilis chatbot AI dan penggunaan AI untuk membuat gambar, audio, dan video dari nol menjadi beberapa bukti perkembangan tersebut. Meski begitu, beberapa pakar AI telah beralih perhatian ke konsep baru yang disebut artificial general intelligence (AGI) atau kecerdasan umum buatan. AGI merupakan konsep AI yang mencapai tingkat kecerdasan setara atau lebih tinggi dari manusia. Dalam perkembangannya, AGI diharapkan dapat memecahkan masalah dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mereka sendiri. Namun, kemunculan AGI juga menimbulkan risiko besar seperti penyalahgunaan, kecelakaan drastis, dan gangguan sosial yang bisa terjadi dalam waktu dekat.
AGI masih terdengar seperti fiksi ilmiah, meski perusahaan Amerika, OpenAI, yang menciptakan ChatGPT dan pembuat gambar AI DALL·E 2, menggambarkan AGI sebagai “sistem yang sangat otonom, mengungguli manusia dalam pekerjaan yang paling berharga secara ekonomi.” CEO OpenAI, Sam Altman, memperingatkan risiko besar AGI, termasuk “penyalahgunaan, kecelakaan drastis, dan gangguan sosial”. AGI superintelijen yang tidak selaras dapat menyebabkan kerusakan parah pada dunia; rezim otokratis dengan pimpinan superintelijen yang menentukan juga bisa terjadi. Beberapa pakar berpendapat bahwa teknologi ini tidak akan tercapai, tapi yang lain bersemangat sekaligus khawatir tentang bagaimana teknologi ini dapat mengubah dunia.
Konsep AGI membawa sejumlah potensi skenario negatif, seperti AGI bidang kesehatan yang memutuskan tidak merawat lansia demi mengoptimalkan kesehatan penduduk usia muda, AGI bertugas menghasilkan uang yang dengan cepat menggantikan semua pekerja manusia, menyebabkan PHK massal, dan AGI yang dibuat oleh negara menggunakan kemampuannya untuk menghancurkan pertahanan dunia maya negara lain. Skenario yang lebih ekstrem adalah AGI dapat digunakan untuk memerintahkan prajurit manusia dalam perang. Oleh karena itu, Profesor Paul Salmon dari Queensland’s University of the Sunshine Coast menyarankan kita untuk bertindak sekarang agar siap untuk kedatangan AGI, meskipun beberapa dekade lagi.
Untuk mencegah AGI lepas kendali, beberapa ahli mengusulkan beberapa langkah. Pertama, meningkatkan kesadaran tentang risiko dan manfaat dari AGI. Kedua, menetapkan standar etis yang jelas dan adil dalam pengembangan AGI. Ketiga, mempercepat penelitian tentang metode pengawasan dan kontrol AGI. Keempat, menempatkan pemerintah sebagai regulator dalam pengembangan AGI. Kelima, meningkatkan kemampuan regulasi pemerintah dalam memantau pengembangan dan implementasinya.
Maka, solusi yang dapat diambil untuk menghadapi risiko AGI yang tidak terkontrol adalah dengan mengembangkan kebijakan dan regulasi yang tepat terkait pengembangan teknologi AI secara umum, dan AGI khususnya. Hal ini memerlukan kerja sama antara pemerintah, perusahaan teknologi, dan komunitas akademik.
Selain itu, dibutuhkan juga penelitian dan pengembangan dalam bidang keamanan siber yang mampu melindungi sistem AGI dari serangan cyber yang dapat membahayakan keamanan dan privasi pengguna. Sebab, jika sistem AGI diambil alih oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, dapat berpotensi menimbulkan kerusakan yang sangat besar bagi dunia.
Selain itu, diperlukan juga pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai potensi risiko AGI yang dapat terjadi di masa depan. Dengan demikian, masyarakat dapat terlibat dalam memberikan masukan dan pemikiran terkait pengembangan teknologi AI dan memastikan bahwa teknologi tersebut digunakan untuk kebaikan dan tidak menimbulkan kerusakan bagi manusia dan lingkungan.
Secara keseluruhan, AGI memang menimbulkan risiko yang besar bagi manusia, namun hal tersebut dapat diatasi dengan mengambil tindakan preventif yang tepat, seperti mengembangkan kebijakan dan regulasi, penelitian keamanan siber, serta pendidikan dan kesadaran masyarakat. Dengan cara tersebut, teknologi AI dapat dikembangkan dengan bertanggung jawab dan digunakan untuk kebaikan manusia serta lingkungan.