BagusNews.com –
Starbucks, raksasa kopi global asal Seattle, kembali menggebrak dengan meluncurkan minuman baru yang cukup mengejutkan: cortado. Minuman khas Spanyol ini dikenal karena kesederhanaannya—espresso dengan susu panas dalam rasio seimbang. Namun, langkah ini memunculkan pertanyaan besar: apakah ini cukup untuk mengembalikan citra Starbucks sebagai kedai kopi autentik?
Dari Latte Manis ke Cortado Murni
Cortado berbeda dengan minuman populer Starbucks seperti latte atau frappuccino. Minuman ini menonjolkan rasa espresso yang lebih kuat tanpa didominasi susu atau pemanis. Bagi pecinta kopi sejati, ini adalah sajian yang dianggap “kembali ke akar.”
Namun, alasan di balik penambahan ini tampaknya lebih dari sekadar memperkaya menu. Starbucks telah lama mendapat kritik karena dianggap lebih memprioritaskan minuman manis berbasis kopi, lengkap dengan berbagai topping dan sirup, dibanding fokus pada kualitas biji kopi atau metode penyeduhan. Dengan cortado, Starbucks terlihat ingin merebut kembali hati para pencinta kopi serius.
Mengapa Cortado Mungkin Tak Cukup
Meski terlihat menjanjikan, ada beberapa alasan mengapa langkah ini mungkin tidak akan berhasil:
- Standardisasi yang Mengalahkan Craftmanship
Model bisnis Starbucks mengutamakan efisiensi dan konsistensi. Barista sering kali tidak memiliki keleluasaan waktu untuk memberikan perhatian pada detail kecil yang membuat secangkir cortado menjadi istimewa. - Suasana Gerai yang Kurang Intim
Starbucks dirancang sebagai ruang yang efisien dan modern, lebih menyerupai restoran cepat saji daripada kedai kopi tradisional yang intim. Ini bertentangan dengan budaya coffeehouse klasik yang diinginkan pecinta kopi serius. - Preferensi Konsumen Utama
Basis pelanggan Starbucks cenderung menyukai minuman manis dan creamy. Memperkenalkan cortado yang berkarakter kuat mungkin tidak akan mengubah preferensi mereka secara signifikan.
Pengakuan atas Upaya, tapi…
Langkah Starbucks ini tetap patut diapresiasi karena menunjukkan kepekaan terhadap segmen pelanggan yang menginginkan pengalaman kopi lebih autentik. Namun, tanpa perubahan mendasar dalam model bisnis atau atmosfer gerai, sulit untuk meyakinkan komunitas kopi bahwa Starbucks benar-benar kembali ke akar.
Bagi konsumen yang mengutamakan craftmanship, detail rasa, dan suasana intim, kedai kopi independen tetap menjadi pilihan utama. Di sisi lain, Starbucks mungkin lebih baik fokus pada kekuatannya: menyediakan pengalaman kopi yang konsisten dan nyaman untuk pasar massal.
Jadi, apakah penambahan cortado ini sebuah langkah signifikan atau hanya gimmick pemasaran? Waktu yang akan menjawab, namun pecinta kopi sejati tampaknya tetap skeptis.