BagusNews.com –
Pemilihan Presiden 2024 diprediksi akan dilakukan dalam dua putaran yang akan berlangsung selama delapan bulan menjelang pemungutan suara. Menurut peneliti dari beberapa lembaga survei, peta elektoral di antara tiga kandidat calon presiden terkuat “masih terpecah” dan “belum ada kandidat yang benar-benar unggul”.
Hasil survei dari beberapa lembaga menempatkan tiga nama dengan tingkat elektabilitas tertinggi, yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Namun, elektabilitas Anies dikatakan “terus menurun” dalam enam bulan terakhir, sedangkan Prabowo “terus meningkat”.
Namun, pada awal tahun 2023, suara Anies terus menurun hingga mencapai 19,7% pada awal Mei.
Survei dari Indikator Politik juga menunjukkan bahwa elektabilitas Anies sempat mencapai 28,4% pada Oktober 2022, di bawah Ganjar dan di atas Prabowo.
Namun, pada bulan Mei 2023, elektabilitas Anies turun menjadi 21,8%. Sementara itu, Prabowo naik menjadi 34,8%, sedikit melampaui Ganjar yang mendapatkan 34,4%.
Direktur riset SMRC, Deni Irvani, dan peneliti dari Indikator Politik, Bawono Kumoro, yang dihubungi terpisah, mengatakan bahwa basis pemilih keduanya cenderung tumpang tindih, dan Anies sempat berhasil mendapatkan dukungan dari para pendukung Prabowo.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, situasinya berbalik, dan Prabowo berhasil memperoleh kembali dukungan dari para pendukungnya.
Sementara itu, Anies, yang mengusung “perubahan” dan menjadi “antitesa” dari pemerintahan Jokowi, sampai saat ini dianggap “belum berhasil memperluas basis pemilihnya”. Mengapa demikian?
Menurut Bawono, modal awal Anies adalah para pemilih yang tidak puas dengan kinerja Jokowi atau kecewa dengan sikap Prabowo yang bergabung ke dalam kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan setelah kalah dalam Pilpres 2019.
Hal ini menyebabkan elektabilitas Anies, menurut survei Indikator Politik pada November 2022, meningkat, terutama setelah deklarasi Nasdem untuk mengusungnya sebagai calon presiden.
“Pada saat itu, terdapat unsur kejutan dari deklarasi Nasdem, sementara elektabilitas Prabowo terus menurun. Prabowo dan Gerindra bisa dikatakan belum terlalu bergerak untuk Pilpres 2024,” jelas Bawono.
Seorang warga Sumatra Barat bernama Anik, 56 tahun, mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk memilih Anies. Pada Pilpres 2019, seperti kebanyakan pemilih di Sumatra Barat, Anik mendukung Prabowo. Namun, hubungan dekat Prabowo dengan Jokowi belakangan ini membuat Anik merasa kecewa dan tidak yakin lagi dengan Prabowo sebagai calon presiden. Anik berharap bahwa Anies sebagai calon yang berbeda dan menawarkan perubahan dapat menjadi pilihan yang lebih baik.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, elektabilitas Anies mengalami penurunan. Salah satu alasan yang mungkin adalah kinerja Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta. Beberapa kebijakan kontroversial yang diambil oleh Anies, seperti penutupan Jalan Tol di Jakarta saat banjir atau penolakan terhadap proyek reklamasi pulau-pulau di Teluk Jakarta, telah menuai kritik dan kontroversi.
Selain itu, beberapa isu politik juga mempengaruhi elektabilitas Anies. Misalnya, isu tentang penanganan pandemi COVID-19 di Jakarta dan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diterapkan oleh pemerintah pusat.
Beberapa pengamat juga berpendapat bahwa Anies belum berhasil memperluas basis pemilihnya karena kurangnya dukungan dari partai politik yang kuat. Dalam konteks politik Indonesia, dukungan partai politik memiliki peran penting dalam memperoleh suara dalam pemilihan presiden. Tanpa dukungan partai yang kuat, sulit bagi seorang calon presiden untuk meraih kemenangan.
Namun, situasi politik dapat berubah dalam beberapa bulan mendatang, dan elektabilitas kandidat dapat berfluktuasi. Pemilihan Presiden 2024 masih jauh, dan masih banyak faktor yang dapat memengaruhi dinamika politik dan preferensi pemilih.
Dalam setiap pemilihan, hasilnya tidak dapat diprediksi dengan pasti, dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi preferensi pemilih. Survei pendapat mungkin memberikan gambaran tentang tingkat dukungan saat ini, tetapi preferensi pemilih dapat berubah seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, penting bagi kandidat untuk terus beradaptasi dan memperoleh dukungan yang diperlukan untuk memenangkan pemilihan presiden.