BagusNews.com –
Industri pertahanan China semakin menunjukkan taringnya di kancah global. Tidak hanya menjadi salah satu eksportir senjata terbesar, Negeri Tirai Bambu ini kini berhasil menyalip Jerman dan menempati posisi keempat dunia dalam ekspor alutsista!
Dalam laporan terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), China tercatat menguasai 5,8% pangsa pasar ekspor senjata global sepanjang 2019-2023. Ekspansi ini didukung oleh penjualan besar-besaran ke 40 negara, terutama Pakistan, Bangladesh, dan Thailand.
Transformasi Besar: Dari Ketergantungan ke Dominasi
Pada era 1950-an, industri pertahanan China sangat bergantung pada impor teknologi asing, terutama dari Uni Soviet. Namun, berbagai reformasi besar sejak tahun 1990-an mengubah keadaan secara drastis. Kini, China memiliki kompleks industri militer terbesar di kawasan Indo-Pasifik.
Buktinya, dalam daftar 100 perusahaan produsen senjata terbesar dunia versi SIPRI, enam perusahaan China masuk dalam 20 besar, dengan tiga di antaranya—Norinco, AVIC, dan CASC—berada dalam posisi tujuh hingga sembilan besar.
Ekspor Andalan: Jet Tempur hingga Drone Tempur Canggih
Salah satu ekspor unggulan China adalah pesawat tempur ringan FTC-2000G yang telah dikirim ke Myanmar sejak 2022. Pesawat ini dipasarkan sebagai alternatif murah untuk menggantikan jet tempur buatan Soviet dan China generasi lama.
Selain itu, jet tempur JF-17 Thunder hasil kerja sama dengan Pakistan juga menjadi andalan ekspor. Pesawat ini sudah digunakan oleh Nigeria dan Myanmar, dengan Azerbaijan serta Iran menunjukkan minat besar.
Dalam segmen drone tempur, China menjadi pemasok terbesar dunia, mengalahkan Amerika Serikat. Sejak 2013, China telah menjual lebih dari 280 unit drone bersenjata ke 17 negara, termasuk Aljazair, Mesir, Irak, Maroko, Pakistan, dan Uni Emirat Arab. Salah satu yang paling laris adalah CH-4, drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang telah digunakan oleh banyak negara.
Tank, Kapal Selam, dan Kendaraan Tempur: Senjata Berat China Merajalela
China juga gencar mengekspor tank tempur utama (MBT), kendaraan lapis baja, dan kapal perang. Thailand misalnya, telah membeli puluhan tank VT-4 dan kendaraan lapis baja VN-1 dari Norinco. Bangladesh menjadi pelanggan pertama tank ringan VT-5, yang dianggap sebagai salah satu tank ringan paling modern di dunia.
Dalam sektor maritim, China semakin agresif dengan ekspor kapal selam dan fregat. Pakistan menjadi pelanggan utama, memesan delapan kapal selam S20 berbasis desain Yuan-class serta fregat canggih Type 054A/P.
Tantangan: Mutu, Etika, dan Persaingan Global
Meski semakin kuat, industri senjata China masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah kritik terhadap kualitas dan keandalan produk yang masih dianggap kalah dibandingkan senjata buatan Barat. Selain itu, ekspor senjata China ke negara-negara dengan catatan pelanggaran HAM seperti Myanmar dan Sudan juga mendapat sorotan tajam dari komunitas internasional.
Tak hanya itu, China harus bersaing dengan raksasa industri pertahanan lainnya seperti Amerika Serikat dan Eropa, yang masih mendominasi pasar global dengan teknologi lebih maju dan jaringan aliansi yang lebih kuat.
Kesimpulan: China Semakin Mengancam Dominasi Barat?
Terlepas dari berbagai tantangan, industri pertahanan China terus melaju pesat. Dengan harga kompetitif, skema pembiayaan menarik, serta beragam produk alutsista yang semakin modern, China kian menjadi pilihan utama bagi negara-negara yang ingin memperkuat militernya tanpa bergantung pada Barat.
Apakah ini pertanda dominasi Amerika dan Eropa di pasar senjata mulai goyah? Hanya waktu yang bisa menjawab!