Jakarta, Januari 2025 – Media sosial tengah dihebohkan dengan pernyataan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang mengungkit kembali pidato kontroversial Anies Baswedan saat terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Dalam wawancara eksklusif di kanal YouTube Merry Riana, Ahok mengaku masih sulit melupakan ucapan yang dianggapnya memecah belah bangsa.
Pidato Anies kala itu menjadi sorotan karena menyebutkan istilah pribumi. “Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ucap Anies pada saat itu. Bagi Ahok, pernyataan tersebut menyisakan luka mendalam, terlebih mengingat panasnya suasana Pilgub DKI 2017.
Ahok, yang saat itu kalah dari Anies dan tersandung kasus penistaan agama, menyatakan bahwa sikap Anies tidak mencerminkan seorang negarawan. “Ketika Anda menang, Anda berpidato memecah belah bangsa. Bahkan mengatakan Jakarta kembali ke pangkuan pribumi yang dijajah selama ini. Itu teksnya di mana-mana. Itu sangat memecah belah bangsa,” tegas Ahok.
Ahok Pertanyakan Definisi Pribumi
Tak hanya menyoroti pidato, Ahok juga mempertanyakan siapa yang berhak menentukan status pribumi seseorang. “Saya ini asli Indonesia sesuai Undang-Undang, lho. Apa karena saya namanya Ahok? Itu yang tidak betul yang Anies lakukan,” ungkapnya.
Ahok menambahkan, ia telah menerima kekalahan secara lapang dada dengan mengucapkan selamat kepada Anies, namun pidato tersebut meninggalkan kesan negatif yang sulit dilupakan. “Bagi saya, Anies sangat tidak negarawan. Dia menang atas izin Tuhan, tetapi ucapannya tidak menunjukkan sikap seorang pemimpin bangsa.”
Pernyataan Ahok ini kembali memicu perdebatan di kalangan netizen, terutama mengenai dampak pidato pada persatuan bangsa. Hingga kini, perbedaan pendapat mengenai isu tersebut terus menjadi perbincangan hangat di ruang publik.
Bagaimana menurut Anda? Apakah pidato itu benar-benar memecah belah, atau sekadar ekspresi politik?