BagusNews.com –
Pemulihan ekonomi Indonesia dalam situasi global yang suram semakin menghadapi tantangan berat setelah kehilangan momentum kenaikan konsumsi masyarakat pada Lebaran tahun 2023.
Meski belanja masyarakat diharapkan meningkat saat puncak perayaan, kinerja penjualan mobil di Tanah Air tidak meningkat, yang menunjukkan tekanan konsumsi masyarakat pasca kenaikan harga bahan bakar minyak dan langkah ekstrem Bank Indonesia mengerek bunga acuan hingga 225 basis poin sejak Agustus 2022 hingga Januari lalu untuk menekan inflasi domestik.
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dirilis oleh PT Astra International Tbk menunjukkan penjualan mobil turun 42,8% pada April dibandingkan dengan Maret.
Penjualan mobil di luar pabrikan Astra turun lebih besar, yaitu 33,2% secara tahunan dan 50,1% selama April lalu.
Meski turunnya penjualan mobil mungkin lebih disebabkan oleh pola historis konsumsi masyarakat, terdapat tanda-tanda lebih banyak bahwa ekonomi Indonesia sedang mengalami perlambatan.
Laju konsumsi domestik, penyumbang utama pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), hanya naik 4,54%, di bawah rata-rata pertumbuhan satu dekade terakhir sebelum pandemi. Kinerja investasi juga mengecewakan, dengan investasi hanya tumbuh 2,11% pada kuartal 1, turun dibandingkan dengan capaian kuartal 1-2022.
Kinerja ekspor juga semakin menurun, yang semakin diperburuk dengan turunnya impor. Data ini menunjukkan bahwa aktivitas industri dalam negeri menghadapi tantangan.
Laju kredit perbankan juga menunjukkan perlambatan. Meski tingkat pengangguran menurun, proporsi sektor informal masih tinggi, yang dapat mempengaruhi konsumsi domestik.