BagusNews.com –
Indonesia resmi membatalkan pesanan jet tempur Su-35 dari Rusia. Pembatalan ini menjadi rangkaian kegagalan Su-35 terjual di berbagai negara. Selain Indonesia, Mesir dan Aljazair juga membatalkan pesanan Su-35. Saat ini, pengguna Su-35 aktif hanya China dan Rusia.
China membeli Su-35 sejak tahun 2014 sebanyak 24 unit. Semua Su-35 China ditempatkan di Komando Teater Selatan yang menghadap langsung ke Indo-Pasifik. Penempatan Su-35 di sana sesuai dengan strategi China menggunakan jet tempur yang mampu terbang jauh untuk menghalau musuh.
Selain itu, China juga menempatkan sebagian kecil Su-35 di sekitar pesisir Selat Taiwan. Tujuannya adalah untuk menghantam Taipei. Ketika Ketua DPR AS Nancy Pelosi datang ke Taiwan tahun lalu, China menyiagakan Su-35.
“China bereaksi seperti yang diperkirakan oleh John Kirby. Intimidasi tersebut termasuk penyebaran Su-35, Su-30, DF-21 hipersonik dan PHL-16 MRLS. Sehari sebelumnya, sepasang pesawat tempur Su-35 Angkatan Udara PLA terlibat dalam praktik penindasan sistem pertahanan udara Taiwan dengan sistem peperangan elektronik udara. Angkatan Udara PLA dipersenjatai dengan 24 pesawat tempur Su-35, yang sebelumnya dikirim ke China oleh pihak Rusia. Pesawat ini memiliki sistem peperangan elektronik yang paling kuat dan efektif,” jelas Frontier India.
China memang mengandalkan Su-35 dalam konflik akibat klaim Nine Dash Line-nya. Meski demikian, China tidak sepenuhnya puas dengan Su-35. Hal ini dibuktikan dengan pembuatan J-11D yang merupakan jiplakan dari Su-35. Menurut China, kemampuan Su-35 dianggap kurang, maka dibuatlah J-11D meski Rusia mencak-mencak karena diduplikasi tanpa izinnya.
China menyempurnakan Su-35 ke J-11D lantaran menganggap sistem peperangan elektronik Flanker E katrok. Bahkan menurutnya Su-35 kalah melawan J-10 miliknya.
“Su 35 hanya bisa dilengkapi dengan radar passive phased array yang masih jauh tertinggal dari radar aktif. Performa tempur Su 35 sangat kuat, tetapi peralatan elektronik radar jelek, dan hampir sepenuhnya ditekan saat berlatih dengan J-10C,” jelas Sohu pada 1 Mei 2022.
Indonesia beruntung tidak jadi membeli Su-35 karena China bisa ketawa lantaran sudah tahu seluk beluk kelemahannya. Namun, mereka begidik ngeri apabila Rafale Indonesia yang maju melawannya.
“Tidak hanya dihancurkan oleh J-10C, selama latihan militer Mesir, radar Su-35 benar-benar dibutakan oleh campur tangan jet tempur Rafale Prancis. Setelah berita ini keluar, menyebabkan situasi yang tidak menguntungkan bagi ekspor Jet tempur buatan Rusia,” ungkapnya.
Radar PESA Irbis E yang ada di Su-35 tidak sepenuhnya membantu dalam pertempuran. Sebab Irbis E masih bersifat mekanis dibanding AESA yang serba otomatis.
“Jadi, bagaimana dengan radar passive phased array N035 “Irbis” Su-35? Ternyata ada kerugian besar, defleksi antena dilakukan dengan pemindaian mekanis. Pada saat yang sama, pemindaian elektronik yang dikendalikan komputer telah lama diwujudkan dalam radar array bertahap aktif utama saat ini di Barat, sehingga pancaran radio dapat difokuskan ke segala arah tanpa bergerak,” jelasnya.
Dengan batalnya pembelian Su-35 oleh Indonesia, China tidak bisa santai dengan adanya Rafale. Rafale adalah jet tempur generasi 4,5 yang memiliki teknologi yang lebih canggih daripada Su-35. Rafale juga dilengkapi dengan sistem peperangan elektronik yang lebih kuat daripada Su-35. Hal ini membuat Rafale menjadi ancaman yang serius bagi China.